Palembang (Antarasumsel.com) - Lembaga Sosial Masyarakat bidang
pelestarian lingkungan Belantara Foundation pada 2017 mulai menggarap
Hutan Margasatwa Dangku, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, untuk
menjalankan program pemulihan dan perestorasian kawasan setelah
mengalami kebakaran hebat pada 2015.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation Agus P Sari di Palembang, Sabtu,
seusai penandatanganan kerja sama dengan Gubernur Sumsel Alex Noerdin,
mengatakan, saat ini telah dibuat bendungan kanal di beberapa titik di
Dangku untuk upaya dini pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
"Untuk tahap awal, Belantara membuat cara cepat dulu dengan membuat
bendungan kanal untuk menjaga kawasan gambut tetap basah saat kemarau
nanti. Setelah itu, tentunya akan fokus pada pemulihan kawasan," kata
dia.
Untuk menjalankan program awal ini, Belantara dibantu oleh dua LSM yakni Gita Buana dan ZSL.
Sedangkan untuk pemulihan kawasan jangka panjang, saat ini tim Belantara
sedang meriset tumbuhan-tumbuhan yang dapat ditanam di lahan gambut.
"Banyak tanaman saat ini sedang diuji, salah satunya jenis kopi yang
bisa ditaman di tempat basah. Tapi, kendala masih ada karena kadar air
juga harus dilevel tertentu," kata dia.
Belantara Foundation fokus menggarap dua titik di Sumatera Selatan yakni
Taman Nasional Sembilang, Banyuasin dan Hutan Suaka Margasatwa Dangku,
Musi Banyuasin untuk merealisasikan dana bantuan dari pedonor.
Kedua lokasi ini dipilih bukan berdasarkan kerusakan atau pertimbangan
lain, tapi lebih kepada pembagian tugas dengan LSM lainnya dari dalam
dan luar negeri.
Belantara akan fokus pada penguatan Sembilang-Dangku dengan luas areal mencapai 150 ribu-200 ribu hektare," kata Agus.
Ia menjelaskan, dalam proses penguatan Sembilan-Dangku ini Belantara akan bekerja sama dengan masyarakat sekitar hutan.
Pendekatan lanskap akan menjadi pilihan karena diakui ini kerusakan
hutan sejatinya bukan karena faktor dari dalam tapi juga dari luar,
semisal kegiatan perambahan dan ilegal logging.
"Masyarakat yang tidak punya alternatif untuk memenuhi kebutuhannya
tentunya akan melihat hutan sebagai komoditas, dan mereka pun akan masuk
hutan. Di sinilah titik krusialnya," kata dia.
Oleh karena itu Belantara menilai sangat penting mengedepankan
program-program pemberdayaan masyarakat yang bermaksud meningkatkan
pendapatan.
Jika masyarakat di sekitar hutan terbiasa berkebun maka akan diajarkan
cara berkebun yang efektif dan efisien sehingga dapat menghasilan
keuntungan lebih dari sebelumnya.
Sementara itu, untuk menjalankan program tersebut, Belantara Foundation
telah menerima kucuran dana dari pendonor utama yakni Asia Pulp And
Paper Sinar Mas sebesar 10 juta dolar untuk lima tahun yang menjangkau
lima provinsi di Indonesia.
Dari jumlah itu, Sumsel mendapatkan alokasi paling besar dibandingkan
Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur karena kerusakan yang
terjadi terbilang parah.
LSM ini bukan hanya mengurus mengenai pemberdayaan masyarakat tapi juga
pengelolaan konflik, dukunganpenegakan hukum, dan tata kelola
pemerintahan.
"Target kami ada 1 juta hektare yang akhirnya terkonservasi dan terehabilitasi," kata dia.
Belantara Foundation menjadi satu dari enam LSM internasional yang
berkerja di Sumatera Selatan saat ini yakni, The Sustainable Trade
Initiative (IDH) Belanda, United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU)
Inggris, NICFI Norwegia, Zoological Society of London (ZSL) Inggris,
Gesellschaft f?r Internationale Zusammenarbeit (GIZ) BioClime Belanda.
Provinsi ini menarik perhatian dunia internasional pada 2015 karena
terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat dengan menghanguskan
736.563 hektare. Pada 2016, Sumsel berhasil menekan karhutla hingga
99,87 persen jika dibandingkan 2015 karena menerapkan manajemen
pendeteksian dini dan pengaruh iklim kemarau basah.***3***
(T.D019/B/I006/I006) 18-02-2017 13:20:51
Pewarta : Dolly Rosana
Editor: Ujang
COPYRIGHT © ANTARA 2018